TEDUH. Babancong di Alun-alun Manonjaya dijadikan
tempat istirahat masyarakat dan pedagang kemarin (24/9).
FOTO: YANGGI F IRLANA / RADAR TASIKMALAYA
Radar Tasikmalaya Edisi Kamis, 25 September 2014
Babancong Simbol Keberadaan Pemerintahan
Kecamatan Manonjaya memiliki banyak simbol-simbol sejarah peninggalan masa Pemerintahan Sukapura. Salah satunya babancong.
LAPORAN
YANGGI F IRLANA
MANONJAYA
Mengunjungi
kecamatan di wilayah Tasik Timur ini,
Radar banyak menemukan simbol-simbol peninggalan sejarah zaman dulu. Seperti
halnya Masjid Agung Manonjaya yang selalu menjadi pusat perhatian masyarakat.
Selain masjid kuno, ada juga babancong
yang masih terawat dan utuh di pinggir Alun-alun Manonjaya.
Babancong merupakan salah satu ciri adanya pemerintahan di
daerah tersebut, selain adanya alun-alun, masjid, pendopo dan yang lainnya.
Fungsi babancong adalah
sebagai tempat inspektur upacara. Kanjeng Dalem beserta jajarannya pun selalu
berada di babancong saat upacara.
Kondisi tempat pidato kepala
daerah di Manonjaya ini masih 95 persen asli. Baik dari segi bentuk, ukuran dan
lainnya.
Perbaikan babancong hanya
dilakukan pada bagian atapnya yang rusak dan lantainya dikeramik agar lebih
bersih. “Ya wajar ada revitalisasi. Ini kan seumur dengan pembuatan Pendopo
Arja Winangun serta bersamaan pengembangan Masjid Manonjaya pada tahun 1834,”
terang Kasi Bina Wisata Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud)
Kabupaten Tasikmalaya Asep Herman kepada Radar, kemarin (24/9).
Saat ini, bentuk babancong masih
menggunakan arsitektur Kolonial Belanda. Ciri khasnya yaitu atap kerucut
dengan bentuk persegi delapan berdiameter sekitar lima meter.
Babancong Manonjaya masih fungsi tidak berubah dari zaman dulu.
“Ini masih digunakan ketika upacara dan acara hari besar Islam dan nasional
sebagai podium,” ungkap tokoh masyarakat Manonjaya H Oman.
Sementara, di hari-hari biasa babancong
dijadikan tempat berteduh dan bermain oleh masyarakat. Karena, tempatnya
yang dingin dan segar memberikan rasa nyaman.
Tokoh masyarakat Manonjaya ini
pun berharap babancong tetap dirawat dan tidak dihilangkan, karena
merupakan simbol peninggalan sejarah yang cukup penting.
Sementara, babancong ini
tidak hanya ada di Kecamatan Manonjaya. Tetapi juga ada di Kecamatan
Singaparna, Ciawi dan di wilayah Tasik Selatan. (*/bersambung)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar