Senin, 06 Oktober 2014

Menelusuri Peninggalan Sejarah di Tanah Sukapura (5)

Radar Tasikmalaya Edisi Selasa, 30 September 2014

Hasil Bumi Dikirim ke Belanda dari Stasion KA Manonjaya


STASION Kereta Api (KA) Manonjaya merupakan salah satu aset peninggalan Pemerintah Sukapura. Stasion bersejarah ini berada di Desa Manonjaya yang awalnya difungsikan sebagai jalur transportasi untuk mengangkut hasil bumi. 
BERSEJARAH. Stasion Kereta Api Manonjaya masih
terawat dengan mempertahankan desain bangunan masa
Pemerintahan Sukapura di Manonjaya kemarin (29/9).
FOTO: YANGGI F IRLANA / RADAR TASIKMALAYA



LAPORAN
YANGGI FAJAR IRLANA
MANONJAYA

Stasiun KA Manonjaya masih terlihat kokoh dan kuno di tengah bangunan yang modern. Itu merupakan sebagian kecil peninggalan Belanda pada zaman Pemerintahan Sukapura yang masih terawat dengan baik. Kondisinya hampir 90 persen masih asli seperti pertama kali dibangun.
Warna cat dinding putih dipadukan dengan kayu berwarna abu-abu menunjukkan kekhasan dari bangunan bekas transfortasi tersebut. Namun sangat disayangkan bangunan bersejarah itu, saat ini sudah tidak lagi difungsikan sebagai mana mestinya. Padahal jika menengok zaman dulu, stasiun yang berdiri sekitar tahun 1886 ini menjadi center transfortasi untuk mendukung perkembangan Ibu Kota Pemerintahan Sukpaura yang pada waktu itu pindah dari Sukaraja ke Manonjaya. 
“Dibangunnya stasiun di Manonjaya, karena pusat pemirntahan kan disitu,” ujar Kasi Bina Wisata Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kabupaten Tasikmalaya Asep Herman saat ditemui Radar di kantornya kemarin (29/9).
Dijelaskan dia, pada masanya stasiun tersebut memang dipergunakan sebagai transfortasi masyarakat. Namun itu juga dipergunakan untuk mengakut hasil pertanian, rempah-rempah dari Sukapura yang akan dikirimkan ke Belanda melalui jalur kereta.
“Yang salah satunya bisa dipergunakan untuk memgangkut pohon nila dan bibitnya yang dikirim ke daerah lain untuk ditanam. Pasalnya, di Manonjaya kan ada gudang pohon nila di komplek Tangsi,” beber Asep. 
Jadi stasiun tersebut pada zamannya sangat vital untuk kebutuhan Belanda mengangkut hasil bumi Sukapura dan sekitarnya. Karena memang pada waktu itu tanah Sukapura sangat subur dan banyak beragam pohon serta rempah-rempah.
Sedangkan stasiun KA itu kemungkinan besar dibangun berdekatan dengan waktu perpindahan Sukapura dari Sukaraja ke Manonjaya. Sistem pembangunnya satu paket antara jalur keretanya dengan stasiun di Manonjaya dan Ciawi. Karena melihat bangunan yang di Ciawi serupa dengan di Manonjaya.
Ciri khas stasiun KA di Manonjaya ini terletak pada kunci pintu asli yang masih ada sejak pertama dibangun sampai sekarang. Kemudian kursi pengunjung terbuat dari kayu jati juga masih terawat dengan baik tidak sampai dihilangkan. “Ya barang-barang tersebut sangat berharga dan mempunyai nilai sejarah yang tinggi,” terang Asep. (*/Bersambung)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar